Panakluk Hati Dan Cinta Dengan Sahabat Karib

Posted on

Aku sangat bosan di rumah karena tidak ada yang bisa kulakukan di rumah.
“hadoh, bt gue di rumah…ngapain ya yang enak?”, kataku bicara sendiri.
“gue telpon temen gue ah”, lalu aku mengambil hpku dan menelpon temanku.

Aku menunggu telponku diangkat, tapi tak diangkat-angkat oleh temanku itu. Berkali-kali aku mencoba menelpon temanku, tapi tetap tak diangkat, aku mengirim sms juga tak dibalas.
“ah,,kalo gitu gue langsung ke rumah dia aja deh,,”. aku mengganti baju rumahku dengan baju yang biasa kupakai untuk bepergian.

“Mah, mau pergi ke rumah temen dulu!”, teriakku karena ibuku sedang mandi.
“oh iya,,ati-ati ya,,”, balas ibuku.

Aku hanya pamit ke ibuku karena tentu saja ayahku sedang bekerja dan kakakku juga sedang kuliah. Aku keluar dari rumah dan mendekati ojek untuk mengantarkanku ke alamat rumah temanku. Setelah sudah deal, aku naik ke atas motor.

“neng…kok gak pegangan abang? nanti jatoh lho”.
“nggak ah”.

Aku tidak mau berpegangan ke tukang ojek itu karena aku takut jika tukang ojek itu ngerem mendadak, payudaraku yang berukuran 36 B bisa menempel ke punggungnya. Aku tidak mau itu terjadi lagi, aku berpegangan ke motor. Setelah sampai, aku membayar ongkos ke tukang ojek. Tukang ojek itu berusaha menggodaku, aku jadi illfeel dan langsung meninggalkan tukang ojek itu.

Aku mengetuk pintu rumah dan memanggil nama temanku berulang kali, tapi tetap tak ada jawaban. Ketika aku berencana pulang, aku mendengar suara yang pelan. Aku menjadi penasaran dan ketika aku mencoba membuka pintu rumah temanku ternyata tidak terkunci sehingga aku bisa masuk ke dalam rumah temanku. Aku terus mendengarkan suara yang pelan sambil mencari sumber suara itu. Akhirnya, aku menemukan sumber suara itu dari dalam kamar temanku, aku menempelkan kupingku ke pintu kamar.

“oohh,,mmmhhh,,aahhh,,terusshh,,”, aku bisa mendengar suara itu sangat jelas sekarang. Suara itu ternyata adalah desahan dan aku bisa mengenali desahan itu adalah desahan temanku karena aku sangat hafal suara temanku. Aku masuk ke dalam kamar karena tidak terkunci dan melihat temanku dan seorang cowok sedang bersetubuh dengan sangat bersemangat.

“Maya”, kataku.
Mereka berdua sempat terhenti dan melihat ke arahku.
“oh Novi, gue kirahh siapahh”, kata Maya dengan nafas terengah-engah.
“neng Novi bikin kaget aja,,”.
“udahh…lanjuthh pak!”, pinta Maya ke orang yang penisnya sedang tertanam di dalam vaginanya sehingga orang itu melanjutkan memompa penisnya keluar masuk

Aku duduk di sofa yang tepat menghadap ke ranjang jadi, aku bisa melihat pemandangan Maya yang sedang keenakan. Setelah melihat dengan seksama aku bisa mengenali lelaki yang sedang asyik menggenjot penisnya ke vagina Maya. Lelaki itu bernama pak Joko, dia adalah ketua RT di komplek perumahan Maya.

Pak Joko sudah berumur 47 tahun, seperti kebanyakan bapak-bapak perutnya gendut, rambutnya sudah botak, ditambah lagi mukanya jelek, tapi semenjak Maya dientot olehnya, Maya malah ketagihan karena pak Joko punya penis yang besar dan dia juga punya stamina yang bisa membuat gadis muda kewalahan.

Melihat Maya dan pak Joko yang terlihat sangat menikmati permainan mereka, aku jadi bergairah sehingga tanpa sadar aku menutup mata dan mulai meremas-remas payudara kananku yang masih tertutup bh dan bajuku.
“ookkhh!!”, erang pak Joko.

Spontan aku membuka mata, aku melihat pak Joko sedang diam dan tubuhnya menegang yang menandakan kalau dia sedang menanam benihnya ke dalam rahim Maya sementara aku tetap meremas-remas payudaraku. 2 menit kemudian, pak Joko mencabut penisnya dari vagina Maya dan melihat aku yang sedang dalam keadaan benar-benar terangsang akibat melihat mereka berdua menyatu dalam hawa nafsu.

Pak Joko tidak berkata apa-apa, malah dia mencium dan melumat habis bibir Maya. 2 menit kemudian pak Joko melepas cumbuannya dan membisikkan sesuatu ke Maya sehingga Maya langsung melihat ke arahku dan tersenyum.

Maya

“Nov…lo mau juga??”.
“ah ng…ng…nggak”, aku menghentikan aktivitasku karena malu dan aku jadi salah tingkah.
“ah lo Nov, udah biasa ama pak Joko pake malu-malu segala”.
“tau neng Novi, udah biasa ama bapak juga,,”.
“ya udah Nov,,gantiin gue dong,,”.
“tapi…”, kataku.

“tenang aja,,tadi gue ama pak Joko udah 3 ronde,,”.
“oh,,pantes aja,,tadi gue telpon gak lo angkat,,”.
“iya,,hehe,,”.
“gue gantiin lo? emang lo mau ngapain?”, tanyaku.
“gue ada urusan bentar,,gantiin gue makanya,,kasian pak Joko lagian tinggal 1 ronde terakhir,,”.

“iya deh,,”, jawabku tidak keberatan karena pak Joko hanya mampu 4 ronde, tapi setiap rondenya bisa berlangsung 30 menit lebih. Maya bangkit dari tempat tidur dan mulai memakai bajunya.

“May,,lo gak mandi ‘n bersihin vagina lo?”, tanyaku.
“ah,,gak usah,,pake minyak wangi juga cukup,,”.
“terus vagina lo?”.
“gak apa-apa, kan pejunya pak Joko gak apa-apa”.

“oh iya ya”, aku baru teringat kalau pak Joko tidak bisa membuat cewek hamil karena dia sudah diperiksa oleh dokter dan dinyatakan positif mandul sehingga aku tidak khawatir pak Joko bisa membuatku hamil.

“ayo neng Novi,,sini,,”.
“pak Joko udah gak sabar ya?”, aku meledeknya.
“iya,,udah lama gak ketemu nih,,”.
“woo,,dasar!!”
“Dah,,pak Joko,,maen ama Novinya jangan kasar,,kasihan Novi,,”.
“iya Maya sayang,,ati-ati ya,,”, balas pak Joko.

Maya keluar dari kamar meninggalkanku dengan pak Joko.

“neng Novi,,buka bajunya dong,,bapak udah kangen pengen ngeliat body neng Novi,,hehe,,”.
“iya,,iya,,sabar dong pak,,”. Aku mulai membuka pakaianku dengan pak Joko berada di hadapanku yang melihat setiap gerakanku tanpa berkedip sekali pun. Dalam sekejap, aku sudah telanjang di hadapan pak Joko.

“nah,,gitu dong,,bapak kan jadi bisa ngeliat toket neng Novi yang mancung banget,,”.
“ah,,pak Joko bisa aja,,”.
Aku mendekati pak Joko yang sudah menungguku di atas ranjang dengan penisnya yang sudah berdiri tegak lagi.
“ayo neng…mulai yuk!!” Pak Joko mendekat kearahku yang duduk di depannya.

Dia mendorongku hingga aku tidur terlentang. Pak Joko mendekat, dia mencium bibirku, dia lumat bibirku dan kadang dia berhenti sehingga aku bisa membalas melumat bibirnya. Pak Joko sangat bernafsu melumat bibirku hingga aku agak kesulitan bernafas lalu ia menggunakan lidahnya untuk mencari lidahku.

Ketika lidahku dan lidahnya bertemu, kami saling membelitkan lidah sehingga kami saling bertukar air liur. Kami berciuman seperti sepasang kekasih yang lama tidak bertemu, begitu panas dan sangat bergairah. Pak Joko melepaskan cumbuannya sehingga air liur kami yang menjadi satu bisa terlihat.

“bibir neng Novi emang manis banget, tapi bibir neng Maya lebih manis,,hehe,,”.
“heemmm…tau deh, yang sering ciuman ama Maya”, balasku.
“iya dong,,neng Novi,,bapak lanjutin ya,,”.
“silakan,,”.

Pak Joko kini memusatkan pandangan matanya ke arah payudaraku.
“neng Novi, toketnya kok mancung banget sih?”.
“ya mana Novi tau, dari sananya pak,,”.
“emang ukuran neng Novi berapa sih?”.
“36 B”.
“wuih…36 B, pantes mancung banget”.
“emang kenapa si pak?”.
“nggak kenapa-kenapa,,bapak cuma jadi gemes aja,,”.
“yee, pak Joko bisa aja nih”.

Pak Joko langsung memegang dan memencet payudaraku sehingga kedua putingku semakin mencuat ke atas, tanpa disuruh lagi dia langsung mengulum puting kiriku dan memencet serta memilin puting kananku.
“oouummhh,,”, desahku sangat pelan.

Aku tak tau harus berbuat apa dengan kedua tanganku jadi, aku menggunakan kedua tanganku untuk mengelus-elus kepala pak Joko yang sedang asik mengeksplorasi setiap senti dari kedua buah payudaraku yang putih, kenyal, besar, dan mancung. Setelah payudaraku sudah terbaluri air liurnya, pak Joko langsung membuka kedua kakiku lebar-lebar karena dia ingin menjilati vaginaku. Aku membantunya dengan melebarkan kakiku sendiri sehingga pak Joko bisa melihat vaginaku.

“wew,,memek neng Novi warnanya bagus,,”.
“ha? maksudnya?”.
“iya, warnanya merah menggoda gitu”.
“haha…bisa aja nih pak Joko, Novi jadi malu nih”.
“hehe…ya udah, bapak jilat ya!”.

Spontan, aku tersentak kaget ketika pertama kali lidah pak Joko menyentuh bibir luar vaginaku yang masih tertutup rapat.
“mmmhhh…terusshh!”, erangku keenakan.Aku merapatkan kedua kakiku ketika pak Joko mulai menjilati rongga dalam vaginaku karena terasa begitu nikmat hingga badanku terasa ringan dan melayang-layang di langit.

Tentu saja, kepala pak Joko terhimpit di antara kedua paha putihku, tapi pak Joko terus melanjutkan aktivitasnya sementara aku menggunakan tangan kiriku untuk meremas-remas kedua buah payudaraku secara bergantian dan kugunakan tangan kananku untuk memainkan klitorisku jika pak Joko sedang tidak menyentil-nyentil klitorisku dengan lidahnya.

5 menit penuh kenikmatan, akhirnya aku merasakan kejutan gelombang listrik mengalir di sekujur tubuhku sehingga tubuhku mengejang yang menandakan aku mencapai klimaks.

“ssrruupp!!!”, bunyi seruput terdengar begitu jelas ketika pak Joko menyeruput habis cairan vaginaku.
Setelah selesai, ia menepuk-nepuk pahaku agar aku melepaskan himpitanku.
“enak banget,manis”, komentar pak Joko setelah aku merenggangkan kakiku.
“makasih pak”.
“sekarang maen jilat-jilatan yuk,,”.
“ayo, siapa takut”, jawabku.

Pak Joko tidur terlentang dan aku menaiki tubuhnya dengan posisi terbalik sehingga vaginaku berada di depan wajahnya dan penisnya berada di depan wajahku. Aku mulai dengan mengemut-emut kepala penis pak Joko yang membuat tubuhnya sedikit bergetar mungkin karena geli, ngilu, dan enak campur menjadi satu.

Lalu aku menjilati batangnya dari bawah ke atas 3x kemudian aku menjilatinya dari atas ke bawah 3x juga. Aku memandikan penis pak Joko hingga benar-benar basah oleh air liurku sementara aku sendiri sudah 2x orgasme karena sudah lebih dari 10 menit.

Setelah itu, aku langsung bangkit dan memposisikan vaginaku tepat berada di atas penis pak Joko. Aku menurunkan tubuhku hingga penis pak Joko menjadi penghuni vaginaku. Aku mulai mengangkat dan menurunkan tubuhku agar penis pak Joko bisa keluar masuk vaginaku, selama menggerakkan tubuhku sendiri, aku membiarkan pak Joko mengendalikan tubuhku dengan memegang payudaraku.

Lama juga kami bersetubuh dengan posisi ini, pak Joko mengajakku berganti posisi. Pak Joko menggenjot vaginaku dari belakang dengan aku berpegangan pada kursi.

Novi

“aahh…aahh…aahh!!”, desahku.

Tiba-tiba pak Joko menarikku turun dari bangku lalu menarik kedua tanganku ke belakang. Dia menyuruhku berjalan sehingga kami berjalan pelan mengelilingi kamar dengan penis pak Joko terus tertancap di dalam vaginaku, bahkan kadang-kadang berhenti karena pak Joko menyodokkan penisnya kuat-kuat ke dalam vaginaku yang membuatku mengerang kencang.

Lalu pak Joko mendorong tubuhku hingga tubuhku menempel di dinding tepat di sebelah pintu masuk kamar Maya.
Pak Joko mencabut penisnya dari vaginaku dan memasukkannya ke dalam anusku, tentu saja penis pak Joko masuk dengan mudah karena sudah berlumuran cairan vaginaku yang aku keluarkan dari beberapa orgasmeku.

Sambil terus memompa penisnya, pak Joko menjilati kuping kiri dan kananku secara bergantian, kadang-kadang aku juga menolehkan kepalaku ke kiri atau ke kanan agar pak Joko bisa berperang lidah di dalam mulutku. Tiba-tiba pintu yang ada di samping kami terbuka dan Maya langsung masuk.

“Ya ampun, pak Joko belom selesai ama Novi?”.

Pak Joko menarikku menjauh dari tembok sehingga tubuhku tidak menempel lagi di tembok, lalu ia menghadap ke Maya sambil menggerakkan kedua tangannya meremas-remas kedua buah payudaraku, tangan pak Joko jadi seperti bh yang menampung kedua buah payudaraku. Dan karena pak Joko menghadap ke Maya, tentu saja aku dan Maya saling bertatapan muka.

“belum Maya sayang, abisnya memeknya neng Novi seret ‘n sempit banget, sayang kalo buru-buru”.
“oh,,yau da deh,,Maya nonton aja deh,,”.

Maya duduk di kursi sementara aku dan pak Joko kembali ke ranjang. Aku tidur terlentang membuka vaginaku untuk menerima penis pak Joko lagi. Pak Joko mendorong kakiku ke depan sehingga kakiku berada di samping kepalaku lalu dia mencoblos vaginaku.

Kali ini, penis pak Joko terasa lebih masuk ke dalam vaginaku. Tidak beberapa lama kemudian, pak Joko menekan penisnya dengan sangat kuat ke dalam vaginaku dan akhirnya dia menyemprotkan spermanya ke dalam vaginaku. Sambil menunggu selesai, pak Joko menjilati seluruh wajahku hingga basah oleh air liurnya.

Setelah isi penis pak Joko sudah disedot oleh vaginaku dan penis pak Joko juga sudah mulai menyusut, pak Joko mencabut penisnya dari vaginaku lalu dia duduk di depanku.

“gila,,neng Novi,,makasih,,bapak puas banget,,”.
“sama-sama pak,,”, kataku masih agak lemah.
“udah pak?”, tanya Maya.
“udah Maya sayang, bapak udah gak kuat”.
“ya udah, pak Joko pulang ya, soalnya Maya sama Novi mau jalan-jalan,,”, balas Maya.
“oke,,”.

Pak Joko memakai bajunya sementara Maya mendekatiku yang masih terbaring di atas ranjang.
“capek ya Nov??”.
“iya,,capek banget,,”.
“gimana kalo 3 ronde kayak gue,,bisa pingsan deh lo Nov,,”.
“iyaa,,lo kan udah biasa ama pak Joko,,gue sama ini kan baru 4x,,”.
“oh iya ya,,gue lupa,,”.

“bapak beruntung banget ya,,”, sela pak Joko ikut berbicara setelah memakai bajunya.
“kenapa pak?”, tanya Maya.
“iya,,bapak gak nyangka,,bisa gituan sama 2 gadis cantik, sexy, ‘n baek kayak Maya sayang ama neng Novi,,”.
“aah,,pak Joko bisa aja,,”, kataku.
“tau nih, si bapak nge gombal aja, udah sana pulang!”, kata Maya sambil mendorong pak Joko ke pintu kamar.
“iya, iya, tapi besok lagi ya”.
“iya, tapi besok ama Maya aja, Novi gak bisa”.
“yah, gak apa-apa deh, ma Maya sayang juga enak, hehe…”.
“woo dasar!!”, kata Maya.

Setelah mengantar pak Joko ke luar rumah, Maya kembali ke kamar.
“Nov…mandi yuk!!”.
“ayuuk!”. Maya langsung membuka bajunya sehingga kini kami berdua tanpa busana.

Kami langsung masuk ke kamar dan aku mulai mengeksplorasi tubuh Maya begitu juga sebaliknya khususnya daerah vagina karena kami ingin membersihkan vagina kami dari sisa-sisa sperma pak Joko. Setelah selesai, aku dan Maya keluar dari kamar mandi dengan tubuh yang sudah bersih dan wangi kembali lalu kami memakai baju kami masing-masing hingga rapih.

“jalan-jalan ke mana nih May?”.
“kemana aja yang penting asyik”.
“oke,,”.

Kami menghabiskan waktu siang hingga malam dengan berjalan-jalan ke banyak tempat.
“Nov, gue pulang duluan ya!”, kata Maya sambil naik taksi.
“o ya udah,,ati-ati ya May, daah!”.
“daah,,”. Maya masuk ke dalam taxi dan meninggalkanku.
“hadohh,,lama banget nih,,”.

Tiba-tiba ada taksi yang berhenti di depanku dan penumpangnya membuka kaca.

“Novi,,”.
“eh Hendrik,,”.
“ngapain Nov,,malem-malem?”.
“tadi abis jalan-jalan ama Maya,,’n sekarang lagi nunggu taksi,,”.
“oh, kalo gitu bareng gue aja”.
“ah, nggak usah, tar ngerepotin”.
“gak apa-apa, lagian lama kalo nunggu taksi,,”.
“bener gak apa-apa?”.
“bener”.
“makasih ya Ndrik,,”.
“yo…santai aje”

Aku masuk ke dalam taxi dan mengobrol dengan Hendrik sampai aku lupa memberi taukan alamat rumahku. Selain itu, aku juga tertidur karena aku sangat kelelahan gara-gara seharian berjalan-jalan dengan Maya sehingga aku tidak tau kemana Hendrik membawaku.

Ketika aku membuka mataku, aku sudah berada di dalam ruang tamu, tapi bukan ruang tamu rumahku.

“hhooamm, di mane nih gue?”, kataku sambil menguap. Hendrik muncul dengan membawa minuman.
“Nov, minum nih!”.
“makasih, tapi gue dimana?”.
“ni rumah gue,,sori banget gue bawa lo ke rumah gue,,soalnya gue gak tau alamat rumah lo,,”.
“oh iya,,gak apa-apa,,salah gue juga,,kalo gitu gue pulang dulu ya,,”.
“tapi Nov, liat udah jam 11 malem”.
“oh iya…hadoh kalo gitu gue nginep semalem boleh gak?”.
“boleh,,boleh”.
“tapi ortu lo?”.
“lagi gak ada,,”.
“oh, eh Ndrik…gue mau nelpon ibu gue dulu ya,,”.
“kalo mau pake telpon rumah gue, pake aja”.
“thanks banget ya Ndrik”.
“seph,,”.

Aku meminta izin ke orang tuaku dan bilang kalau aku menginap di rumah Maya. Untungnya, orang tuaku percaya dan mengizinkanku untuk menginap. Hendrik dan aku mengobrol sambil minum hingga jam 12 malam.

Tak sengaja, aku melihat ke arah selangkangan Hendrik sehingga aku bisa melihat penis Hendrik yang cukup besar tercetak di celana jeansnya, entah kenapa membuat darah yang mengalir di dalam tubuhku menjadi panas dan membuatku penasaran ingin melihat penis Hendrik secara langsung.

Tapi, tentu saja aku tidak berani meminta langsung karena aku malu. Rupanya, aku dan Hendrik sama-sama penasaran karena aku sempat melihat dia mencuri-curi pandang ke payudaraku. Tiba-tiba dia bertanya sesuatu yang mengagetkan.

“Nov, lo udah pernah gituan?”.
“he? tiba-tiba kok nanya kayak gitu,,”.
“gak…maap…maap”.
“gak apa-apa, gue udah pernah, kenapa emang?”.
“ha? gue kira lo belum pernah”.
“ya gitu deh, emang kenapa sih??”.
“gak, dari dulu gue penasaran pengen liat toket lo, boleh gak?”.
“ha? mau liat toket gue?”.
“kalo gak boleh juga gak apa-apa kok,,maap ya Nov,,”.
“emm…boleh…asal gue boleh ngeliat punya lo?”.
“ha? deal”.
“gitu baru adil,,”.
“gak nyangka,,ternyata lo cewek agresif ya Nov”.
“iya dong”.
“sekarang gue buka baju lo ye,,”.
“silakan!”.

Aku dan Hendrik saling bertatapan mata lalu dia mulai membuka kaosku. Untuk memudahkannya, aku mengangkat kedua tanganku ke atas. Tinggal bhku saja yang menutupi kedua buah payudaraku.

“kulit lo mulus amat Nov,,”.
“bisa aja lo Ndrik,,”.
“sekarang gue buka ya bh lo”. Hendrik meraih pengait bhku yang ada di belakangku. Setelah bhku terlepas, payudaraku terbebas dari bh.
“wuih Nov! toket lo emang mantep banget, mancung banget!”.
“makasih Ndrik, gantian!”.
“oke, oke, tapi lo mau bukain?”.
“enak aja, buka sendiri dong!”.
“hehe,,kirain gitu”.

Hendrik membuka baju dan celananya serta celana dalamnya sehingga dia telanjang bulat di depanku.

“kok masih tidur Ndrik??”, tanyaku karena penis Hendrik terlihat masih dalam keadaan tidur.
“ya emang belom bangun”.
“yah, berarti gue gak napsuin dong,,”.
“bukannya gitu Nov, tongkol gue emang gak bangun kalo belom disentuh ama cewek,,”.
“oh…kirain gue gak napsuin,,”.
“siapa bilang, lo napsuin banget kok”.
“makasih, tapi kok lo buka semuanya?”.
“tanggung abisnya, lo juga dong!”.
“iya, iya”, jawabku.
“perlu bantuan gak?”.
“gak usah, gue sendiri aja,,”.
“okeh,,”.

Aku membuka sisa pakaian yang masih menempel di tubuhku yaitu celana jeansku dan celana dalamku, kubuka semuanya hingga tubuhku yang putih mulus terekspos jelas tanpa sehelai benang pun ke Hendrik.

“anjrit,,body lo bagus banget Nov,,”.
“ah bisa aja boongnya lo Ndrik,,body gue kan gak bagus,,”.
“gak bagus apanya,,lo bohay tau,,”.
“ah,,bisa aja,,gue jadi malu,,”.

Tiba-tiba Hendrik langsung berdiri dan memeluk tubuhku, tentu saja wajahku dengan wajah Hendrik saling berdekatan sehingga aku dan Hendrik sama-sama bisa merasakan hembusan nafas. Hendrik mendekatkan wajahnya, dia langsung melumat bibirku sambil memelukku dengan sangat erat.

Aku juga memeluk Hendrik sambil membalas melumat bibirnya. Lalu dia mengajakku bermain lidah, aku menyetujuinya dengan membiarkan Hendrik memasukkan lidahnya ke rongga mulutku. Sambil memainkan lidahnya di dalam mulutku, Hendrik menurunkan kedua tangannya yang tadi ada di punggungku turun ke bawah hingga kedua tangannya berada tepat memegangi pantatku.

Hendrik meremas-remas pantatku dengan gemasnya sambil sesekali menepuk-nepuk pantatku. Hendrik melepaskan cumbuannya, aku merasa begitu nikmat dicumbu oleh Hendrik.

“gile Nov,,bibir lo kok terasa manis ya?”.
“ah bisa aja,,”.
“iya bener,,lo juga jago nyipok,,”.
“hehe,,”.
“lanjut yuk di kamar gue,,”.
“oke,,”.

Kami berdua berjalan masuk ke dalam kamar Hendrik. Hendrik langsung menyuruhku untuk tidur terlentang di atas ranjang, aku menuruti kemauannya dan membuka kakiku selebar-lebarnya untuk Hendrik. Hendrik langsung menempatkan kepalanya di tengah-tengah selangkanganku. Aku merasakan hembusan nafasnya yang hangat membuat sensasi tersendiri.

Hendrik memulai serangan lidahnya terhadap vaginaku.
Dia menjilati dari lutut kananku terus menelusuri paha kananku hingga lidahnya menyentuh vaginaku, dia lakukan hal yang sama ke kaki kiriku. Setelah itu, barulah Hendrik menjilati daerah sekitar vaginaku berulang-ulang.

“oouummhh…ouummhh”, desahku ketika dia menyentil-nyentil serta menjilati klitorisku yang sensitif.

Lalu dia memutar-mutarkan lidahnya melingkari bibir luar vaginaku membuatku semakin melayang saja. Hendrik membuka bibir vaginaku kemudian memasukkan jari telunjuk dan jari tengahnya ke dalam vaginaku, dia menggerakkan 2 jarinya keluar masuk vaginaku membuatku mendesah dan kadang aku megap-megap seperti ikan mas koki.

Hendrik menghentikan aktivitasnya, tapi dia menyusupkan lidahnya ke dalam vaginaku sebagai pengganti 2 jarinya. Aku merapatkan kedua kakiku sehingga kepalanya terbenam di antara kedua pahaku. 5 menit kemudian, aku melepaskan orgasme dan cairanku langsung habis diseruput Hendrik hanya dalam beberapa detik saja. Aku meregangkan kedua kakiku agar Hendrik bisa bernafas lagi.

“Nov, cairan lo rasanya manis banget…mantep”.

Aku hanya tersenyum untuk membalasnya karena masih agak lemas sehabis orgasme tadi. Hendrik merayap ke atas tubuhku hingga wajah kami saling bertemu. Ia melumat bibirku sehingga aku bisa merasakan rasa cairanku sendiri yang menempel di bibirnya.

Hendrik bangkit dari atas tubuhku dan kini dia yang tidur terlentang. Aku menaruh kepalaku di antara paha Hendrik. Tanpa disuruh, aku menjilati buah zakar Hendrik dulu, setelah itu barulah aku mulai membangunkan penisnya yang masih tertidur.

Akhirnya, penis itu terbangun juga dari tidurnya dan mulai membesar di dalam mulutku. Aku gunakan semua teknik oral yang kuketaui dan kupelajari dari Maya dan Nita hingga Hendrik menggeliat-liat tidak tahan merasa kelihaianku memainkan lidahku untuk membaluri seluruh bagian penis Hendrik dengan air liurku tanpa terlewat 1 senti pun.

Aku memasukkan seluruh batang penis Hendrik dari kepalanya hingga pangkalnya ke mulutku. Aku memang menyukai jika penis laki-laki masuk sangat dalam ke mulutku, aku tak tau kenapa. Disaat penis Hendrik berada seluruhnya di dalam mulutku, Hendrik menyemprotkan spermanya ke dalam mulutku yang membuatku tersedak, tapi aku menahan sampai-sampai ada air mata keluar dari sela mataku.

Setelah selesai, aku mengeluarkan penis Hendrik sedikit demi sedikit dari mulutku dan ketika tinggal kepalanya saja, aku mengemut-emut kepala penisnya sambil menyentil-nyentil lubang kencingnya dengan lidahku. Setelah penis Hendrik sudah seutuhnya keluar dari mulutku, aku langsung menelan sperma Hendrik yang ada di dalam mulutku.

“anjrit Nov! sumpah jago banget lo ngisepin kontol gue”.
“hmm…makasih”, aku tersenyum padahal di dalam hati aku sedikit kecewa karena baru kuoral selama 10 menit saja Hendrik sudah menyemburkan spermanya ke dalam mulutku, tapi aku terus memperhatikan penisnya yang masih tetap berdiri tegak tanpa menyusut sedikit pun.

“Ndrik, kok punya lo gak lemes?”.
“iya dong…bangunnya gak gampang, tidurnya juga gak gampang dong,,”.
“hm?maksudnya?”.
“iya, tadi kan harus disentuh dulu ma lo baru tongkol gue bangun”.
“he eh…terus?”.
“nah kontol gue gak bakal lemes kalo belum 2 jam,,”.
“waw! 2 jam?”.
“iya makanya, kayaknya kita tidur jam setengah 3an deh”.
“gak apa-apa”, kataku merasa sangat gembira karena berpikir aku akan terus menerus disetubuhi Hendrik selama 2 jam ke depan.
“ayo Nov, gue pengen nyobain memek lo!”.
“oke, beres bos Hendrik”.

Aku langsung menaiki tubuh Hendrik dan menuntun penisnya ke lubang vaginaku. Senti demi senti penis Hendrik yang besar memasuki liang vaginaku hingga hilang ditelan vaginaku. Vaginaku terasa penuh sama seperti ketika penis pak Joko memasuki vaginaku. Aku langsung menggerakkan tubuhku ke atas dan ke bawah agar penis Hendrik bergerak keluar masuk vaginaku.

“mmhh,,mmhh,,mmhh,,”, desahku.
“oh,,sempit ‘n seret banget Nooovv,,!!”.

Hendrik tak tahan melihat kedua buah payudaraku yang berguncang-guncang seiring tubuhku yang bergerak naik turun sehingga dia langsung memegang payudaraku dan meremas-remas payudaraku. Malam yang dingin sama sekali tidak terasa karena aku berkeringat dan aku juga sedang larut dalam kenikmatan.

Hendrik memegangi tubuhku dan kini, dia yang menggenjot penisnya dengan sangat kuat dan cepat. Tak lama kemudian, Hendrik menyemprotkan spermanya ke dalam vaginaku. Meskipun aku sudah orgasme, entah kenapa aku sangat bersemangat sekali dan meminta Hendrik untuk langsung ronde kedua.

Hendrik senang melihatku sangat bersemangat sehingga dia langsung buru-buru mengganti posisinya agar dia bisa mencoblos anusku.

“Nov,,susah banget nih masuknya,,”, kata Hendrik karena dia susah payah mendorong penisnya untuk memasuki lubang anusku
“langsung teken aja deh,,”.
“tapi kalo ntar lo kesakitan?”.
“udah,,gak apa-apa kok,,”.
“oke deh kalo gitu”.

Dia langsung mendorong penisnya ke dalam anusku sehingga terasa sakit sedikit. Tapi, setelah menunggu sebentar, malah aku yang menggerakkan pantatku mundur ke belakang supaya Hendrik tau kalau aku sudah siap. Hendrik mengerti maksudku, dia langsung memompa penisnya keluar masuk anusku.

Aku menutup mataku untuk merasakan nikmatnya penis Hendrik yang keluar masuk anusku. 15 menit kemudian, Hendrik menembakkan spermanya bersamaan denganku yang mengalami orgasme. Tapi, Hendrik terus memompa penisnya meskipun sedang menyemburkan sperma sampai akhirnya penisnya berhenti memuntahkan isinya.

Dia terus memompa penisnya hingga dia menyemburkan spemanya lagi ke dalam anusku untuk yang kedua kali. Lalu, dia mencabut penisnya dari anusku dan menyodorkan penisnya ke mulutku.

Aku membuka mulutku dan Hendrik mendorong penisnya masuk ke dalam mulutku hingga masuk seluruhnya. Aku menggerakkan kepalaku maju mundur, aku sama sekali tidak jijik terhadap penis Hendrik yang baru saja menghuni anusku dan kini sedang berada di dalam mulutku mungkin karena aku sedang dalam keadaan BT (Birahi Tinggi). Sperma Hendrik kuminum tak bersisa ketika ia mulai menyemburkan spermanya ke dalam mulutku.

Ronde demi ronde kulalui bersama Hendrik, wajah dan kedua buah payudaraku menjadi sasaran tembak bagi Hendrik untuk menembakkan spermanya sehingga wajah serta payudaraku sangat belepotan dengan sperma jadi, aku perlu meratakannya.

2 jam berlalu, badanku terasa begitu capek seperti ingin copot rasanya karena sudah berkali-kali aku orgasme, penis Hendrik pun sudah tak sanggup berdiri tegak jadi, kami memutuskan untuk tidur bersama tanpa busana dan saling berpelukan agar tetap hangat.

Dengan mudah, kami berdua tertidur setelah saling melepaskan nafsu setan kami. Kejadian malam itulah yang membuatku dan Hendrik sering melakukannya lagi karena aku sangat ketagihan dengan penisnya dan ia juga sangat ketagihan dengan sempit dan seretnya lubang vagina dan anusku dan juga teknik oralku yang top markotop katanya. Aku benar-benar tidak tahan jika seminggu saja tidak disentuh Hendrik.

Aku mencari tau kapan Hendrik ulang tahun dan akhirnya aku mengetahui kapan Hendrik ulang tahun sehingga aku menyiapkan kado yang sangat spesial untuknya. Tapi, aku masih bingung dimana aku akan menaruh kado spesial untuknya. Untungnya, orang tuaku hari itu pergi sehingga aku bisa menyiapkan kado spesial di rumahku. Tiba-tiba Hendrik menelponku.

“Nov, jalan yuk!”.
“kemana?”.
“kemana kek, gue bt di rumah”.
“okeh,”,

aku menyanggupinya karena aku sudah menyiapkan kado spesialnya. Kami berdua jalan-jalan dari jam 2 siang sampai 6 sore.

“Ndrik, rumah lo lagi rame?”, tanyaku sambil menunggu taksi.
“iya nih, jadi gak bisa seneng-seneng deh,,”.
“kalo gitu di rumah gue aja”.
“rumah lo lagi kosong?”
“iya”.
“wah, asyik kalo gitu, nah kebetulan,,ada taksi, yok!”, kata Hendrik sambil menyetop taxi.

Kami masuk ke dalam taxi dan tidak beberapa lama kami sampai di depan rumahku.

“yuk Ndrik, masuk!”.
“yuk!”.
“ntar di dalem langsung yee,,”.
“oke tuan putri,,”.

Aku menyuruhnya duduk di ruang tamu sementara aku langsung membuka bajuku sendiri hingga tubuh putih mulusku tidak tertutup apapun lagi.

“wah, Nov, kayaknya toket lo makin mantep aja”.
“ha? emang iya ya? mungkin gara-gara sering dipijet ama lo kali?”
“iya juga kali ya”, kata Hendrik sambil mendekat ke arahku yang sudah telanjang bulat.
“eit,,tar dulu”, aku memakaikan celana dalamku ke kepala Hendrik sehingga matanya tertutup.
“ada apa si Nov?”.
“udah, pokonya ikut gue dulu, gak boleh ngintip”.
“iya”.

aku memegang tangannya dan menuntun Hendrik ke kamarku.

“nah, sekarang boleh dibuka”.
“okeh,,”, setelah Hendrik membuka celana dalamku yang menutupi matanya, aku langsung bernyanyi.
“happy birthday to you…happy birthday dear Hendrik…happy birthday to you!”,

Hendrik sangat kaget dan tak bisa mengedipkan matanya karena hadiah yang kusiapkan sangat spesial. Hadiah yang tak bisa di duga, mengagetkan, dan aku yakin hadiah ini menyenangkan bagi Hendrik. Hadiahnya terbaring di atas ranjang yaitu Maya. Maya telah menyetujui untuk menjadi hadiah spesial.

Hendrik tidak bisa berkedip melihat Maya yang telah dihias. Maya menghias dirinya dengan beha tali merah,tangan di borgol dan G-string hitam yang sangat seksi.

“nih Hendrik…haduah lo!”.
“Maya?! Bener nih lu hadiah gue?”, tanya Hendrik sangat kegirangan.
“iya bener,,gue hadiah lo”, jawab Maya.

“wah…asik!!”. Hendrik langsung menuju Maya yang menjadi hadiah Hendrik. Hendrik langsung menjilati  kedua buah payudara Maya terlebih dulu . Hendrik masih menjilati setiap senti payudara Maya hingga payudara 32 C yang montok milik Maya .

Lalu Hendrik langsung menjilati vagina Maya Maya orgasme sehingga Hendrik bisa meminum cairan vaginanya. Aku yang menyaksikan Hendrik sedang ‘memakan’ Maya menjadi terangsang sendiri sehingga aku meremas-remas payudaraku sendiri dan mengelus-elus vagina dan klitorisku.

“gila…udah kuenya enak,,minumannya juga enak,,”.
“makasih Ndrik, hari ini gue ama Novi milik lo seorang, jadi lo boleh ngapain aja ke kita”, kata Maya.
“wokeh, ini ulang taun yang paling enak yang pernah gue alamin”.

Maya mendorong Hendrik hingga Hendrik tidur terlentang, Maya langsung menjilati penis Hendrik hingga penis itu bangun dari tidurnya. Aku menyaksikan dan mengabadikan dengan video mulai dari Hendrik menyemburkan spermanya ke dalam mulut Maya hingga 2 jam kemudian lubang vagina, anus, mulut, wajah, dan payudara Maya telah belepotan sperma Hendrik.

Aku memang tidak ikut campur sebelum Hendrik selesai melampiaskan nafsunya ke teman baikku itu, setelah Maya menjilati sisa-sisa sperma yang ada di ujung kepala penis Hendrik, barulah aku maju untuk menjilati sperma yang berceceran dimana-mana di atas tubuh Maya.

Aku membersihkan tubuh Maya dari sperma Hendrik hingga benar-benar bersih, lalu aku melumat bibir Maya agar kami bisa sama-sama merasakan rasa sperma Hendrik.

“nah Nov, sekarang giliran lo!”, kata Hendrik.
“okeh, siapa takut?”.

Aku melayani Hendrik dan Maya mengabadikannya seperti yang kulakukan tadi. 2 jam kemudian, tubuhku jadi belepotan sperma seperti Maya tadi dan Maya membersihkan tubuhku dengan mulutnya juga. Ronde ketiga aku dan Maya mengeroyok Hendrik sehingga tidak heran kalau penis Hendrik mondar mandir dari mulut, anusku, dan vaginaku ke mulut, anus, dan vagina Maya begitu juga sebaliknya berulang kali hingga 3 lubangku dan 3 lubang Maya belepotan sperma Hendrik.

Waktu menunjukkan sudah pukul 3 dini hari.
Kami bertiga sudah tidak ada tenaga lagi sehingga kami bertiga memutuskan untuk tidur, tapi sebelum tidur kami foto-foto dulu dengan pose kami berdua sedang mencium penis Hendrik dan kadang sedang menjilat kantung buah zakar Hendrik sebagai kenang-kenangan dari ulang tahun Hendrik yang takkan bisa ia lupakan.

Sejak saat itu, bukan hanya aku yang ketagihan disetubuhi Hendrik, tapi Maya juga. Kadang kami bertiga main dirumahku dan rumah Hendrik jika sedang sepi, tapi paling sering di rumah Maya. Kalau aku sedang tidak bisa, Maya yang melayani Hendrik, begitu juga sebaliknya.

Jika Hendrik sedang tidak bisa, aku dan Maya ke rumah pak Joko yang selalu sepi dan jika Hendrik maupun pak Joko sedang sibuk, aku dan Maya saling memuaskan diri kami berdua. Pernah rumah kami bertiga tidak kosong sehingga aku dan Maya disetubuhi di rumah pak Joko oleh Hendrik dan tentu saja oleh pak Joko juga.

Pak Joko benar-benar ketagihan dengan servis kami berdua sehingga dia mengadakan pesta bersama teman-teman sekantornya yang cowok semua dengan aku dan Maya sebagai hiburan utamanya. Kami berdua lah yang membuat pak Joko sukses dalam setiap proyeknya karena kami membolehkan klien-klien pak Joko untuk menyetubuhi kami.

Dan untuk Hendrik, bukan hanya aku dan Maya yang pernah disetubuhi, tapi juga Nita karena kami berdua bercerita ke Nita betapa hebatnya penis Hendrik yang bisa bertahan selama 2 jam.

Jadi, aku, Maya, dan Nita resmi menjadi tempat pemuas nafsu bagi Hendrik bahkan aku, Maya, dan Nita menyebut diri kami Hendrik’s Angels karena kami bertiga merasa ada yang kurang jika satu minggu saja tidak disentuh Hendrik. Aku mengenalkan Nita ke pak Joko sehingga Nita juga sering disetubuhi oleh teman-teman bisnis pak Joko.

Teman-teman pak Joko sangat puas dan ketagihan denganku, Maya, atau Nita sehingga sering diadakan pesta seks karena itu juga banyak om-om yang memberi hadiah kepadaku, Maya, atau Nita sebagai balasan. Aku, Maya, dan Nita selalu melayani Hendrik, pak Joko dan teman-temannya dengan senang hati karena kami bertiga menjadi maniak seks. Kami bertiga hanya berharap supaya tidak hamil karena kami belum siap